Festival Lingkungan Hidup: Mengajak Anak Muda untuk Peka Terhadap Krisis Ekologi

LPM das Sein
3 min readJul 10, 2023

sumber: WALHI

Suasana Diskusi Seni, Komunitas Orang Muda, dan Ekologi pada Festival Lingkungan Hidup (4/7/2023)

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta telah mengadakan Festival Lingkungan Hidup pada 11 & 25 Juni 2023 lalu. Festival Lingkungan Hidup adalah upaya yang dilakukan oleh WALHI Yogyakarta untuk mengajak masyarakat, terutama anak muda, membahas problem krisis ekologi di Yogyakarta, yang sebagian di antaranya meliputi pengolahan sampah, penggunaan energi kotor, dan penurunan kualitas serta kuantitas air.

Festival Lingkungan Hidup yang menggabungkan berbagai acara seperti talkshow, diskusi, lokakarya, pertemuan masyarakat peduli lingkungan, dan pementasan seni ini, juga diselenggarakan pada bulan Juni. Penyelenggaraan festival ini menjadi momen yang tepat untuk merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni.

Pada festival ini, WALHI Yogyakarta berusaha menggunakan pendekatan melalui kesenian dan sastra untuk menyebarkan isu krisis ekologi.

Dalam acara talkshow yang diadakan di JNM Bloc, Yogyakarta, pada tanggal 11 Juni 2023, diangkat sebuah tema “Peran Sasra dalam Pusaran Krisis Ekologi”.

WALHI Yogyakarta berpendapat, bahwa sastra dapat menjadi sarana untuk berbicara krisis ekologi. Hal ini disebabkan karena sastra menyediakan ruang yang ekspresif, sehingga mampu menarik perhatian berbagai kalangan khususnya para anak muda untuk lebih peka terhadap isu-isu lingkungan.

Soesilo Toer, adik kandung dari sang penulis Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer, diundang dalam acara talkshow ini. Ia banyak bercerita soal krisis ekologi, terutama yang terjadi di daerahnya, Blora.

“Saya ini adalah rektor ‘ngorek barang kotor’. Saya tidak peduli dengan tanggapan orang. Bagi saya, memulung adalah cara untuk menciptakan nilai,” kelakar pria Blora yang hari-harinya diisi dengan menulis dan memulung sampah.

Pada penutupan Festival Lingkungan Hidup yang diselenggarakan pada 25 Juni 2023 di ADA SaRang, diadakan sebuah acara yang berjudul “Komunitas, Orang Muda, Seni, dan Ekologi”.

Sesi penutupan ini dipenuhi dengan serangkaian kegiatan yang menarik. Pertama, ada lokakarya yang menghadirkan MENH Studio untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan mereka.

Selain itu, ada diskusi ekologi yang dipimpin oleh Arahmaiani, seorang pelaku seni kontemporer. Tak hanya itu, diskusi ini juga melibatkan Mahasiswa Pecinta Alam Majestic 55 UGM dan Komunitas Perempuan Gambar untuk berbagi hasil riset dan perspektif mereka.

Selanjutnya, ada pertunjukan teater yang mengangkat peran penting masyarakat adat dalam menjaga lingkungan hidup. Pertunjukan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman lebih dalam tentang kearifan lokal dalam konservasi alam.

Terakhir, disuguhkan dengan pertunjukan musik yang menghibur para penonton semua. Band Warga Setempat dan Jason Ranti tampil dengan lagu-lagu yang memberikan pesan-pesan positif tentang lingkungan hidup.

Di akhir acara, peserta festival menuliskan komitmen, gagasan, dan opini mereka tentang isu lingkungan pada media plastik daur ulang.

Dalam berbagai kegiatan tersebut, pesan yang ingin diberikan adalah sama seperti yang disampaikan oleh Arahmaiani, yaitu “dalam rangka menciptakan lingkungan yang sehat, diperlukan gerakan kolektif bersama dan konsisten dengan bentuk kesadaran tanggung jawab dalam kebersamaan”.

WALHI Yogyakarta berharap, melalui Festival Lingkungan Hidup ini, dapat membuka ruang konsolidasi gagasan anak muda menuju Indonesia yang berkeadilan secara sosial-ekologis, tersampainya gagasan anak muda tentang krisis lingkungan kepada publik, dan munculnya gagasan untuk melakukan aksi-aksi nyata penyelamatan dan pelindungan sumber-sumber kehidupan.

Disunting kembali oleh tim kami:

Richard Kho & Daniella Kezia

--

--